SpongeBob SquarePants

Selasa, 10 Mei 2016

SETANGKAI MAWAR DALAM KESUNYIAN




 “yeeachhh… Aku lelah dengan semua ini.. Aku lelah kau biarkan seperti ini” Dengusku dalam hati. Aku memang lelah diperlakukan seperti ini terus. Berjalan mengalir mengikuti aliran air yang entah akan membawaku kemana. Sebut saja namaku Aifa. Berawal dari mengagumi seseorang yang sebelumnya belum pernah aku jumpai meskipun hanya dalam mimpi. Oh Tuhan… Bodohkah aku ??? Harus menunggu seseorang yang tak memberiku secara pasti setangkai bunga atau tidak.
Hari telah berganti,, aku mulai sejenak berbaring dalam seprai  hamparan karangan bunga mawar putih. “Kriiiiiiing….” Tenyata HP ku bunyi ? “ Mungkin Tata yang ngajak keluar,biarlah aku males..”. Tata sahabat terbaikku selama aku di Kota Kembang ini. Sahabat terbawel namun juga tersayang sama aku.
Sebut saja dia Mas Adnan, sosok yang selama ini diam-diam aku kagumi dan tak lama kemudian aku menaruh hati padanya. Cowok yang bener-bener lugu ,sopan dan apalah-apalah. Kumbang yang diam-diam aku perhatikan saat dia terbang di sekitarku.
Kini dentang jarum jam menunjukkan pukul 10.53 WIB, tepat disaat aku sedang mendengarkan presentasi mata kuliah Psikologi, tiba-tiba …Kriiiiiiing … “ Assalamualaikum “. Aku bener-bener terhentak, tapi juga begitu senang, bagaimana tidak? Dia mengiriman short massage untukku. “ Waalaikumsalam, pulangkah Mas dirimu ? Bagaimanakah keadaan dirimu di sana ? aku merindukanmu ”. Tanpa pikir panjang aku membalasnya seperti itu, tanpa menyadari kalau dia bukanlah siapa-siapa. “ Enggak kok, aku gak pulang, Alhamdulilah aku baik-baik saja..” Seperti biasa Mas Adnan entah masih bergelut dalam dunia keluguannya ataukah memang kurang peka ataukah yang lainnya yang penting aku mencintainya. “ ouhh..ya sudah”. Hanya itu SMS terakhir yang aku terbangkan untuknya. Aku tak berani mengatakn kalau aku mengaguminya,kalau aku menyayanginya, hanya Tuhan dan sajak-sajak usangku yang mengetahui semua itu.
***
Hari demi hari telah terlewati bersama nyanyian dan lolongan anjing malam yang masih setia menemaniku. Dibawah kibaran kelambu merah jambu dan sebuah lampion merah tua aku kembali menuliskan sajak usangku dan berharap ada malaikat yang brbaik hati untuk mengirimkannya untuk Mas Adnan di luar kota sana.
Aku merindukanmu dengan air mata kaca
Menunggumu dengan goresan remang kelabu
Kau selipkan cahaya remang-remang
Dengan arah yang kian mengelana
Aku hanyalah setangkai mawar berduri
Setangkai mawar yang ingin kau petik dan kau bawa pulang
Dan akhirnya kau izinkan aku masuk dalam lantunan doamu.

“ Aku berdoa agar engkau sehat,dan cepat pulang “ Sekali lagi aku mengirimkan kata itu untuknya. Mungkin pembaca berfikiran kalau aku cukup agresif dalam perasaan,namun itulah yang terselip dalam hatiku, berharap dia merasakan hal yang sama padaku dan sedikit peka tentangku. “ Tata… Kesini sih.. ke kosku,temani aku mala m ini “  telvonku untuk Tata disana “ Maaf Fa.. Aku banyak tugas “. Lengkap sudah kesunyianku sekarang. Hanya berdiri memandangi bntang-bintang yang seakan mengerti kegundahan hati si gadis muda berambut hitam panjang ini.
“ Kriiinggggg… kriiiiing…. Kriiiing “ bunyi HP yang segera memutuskan kegalauanku, segera ku cari dan ku dapatkan sumber bunyi yang membuatku terganggu. Haah… Mas Adnan menelvonku..?? Meski gugup dan mukaku berubah bak power ranger aku memberanikan diri untuk mengangkatnya “ Haloo.. assalamualaikum Mas ?”. “Waalaikumsalam, apa kabarmu ? “ suara itu mengalun dari kejauhan.” Alhamdulilah Mas baik kok, kamu sendiri ? ada apa mas ? tumbe telvon ?” Panjang kali lebar kali tinggi jawabanku. “Alhamdulilah aku sehat kok, aku hanya ingin mengabarimu kalau untuk sekarang ini aku pengen sendiri,tolong mengertilah”. Aku kaget bukan main dibuatnya, aku tak tahu dengan dasar teori apa dia berbicara seperti itu “ hah ??? Tapi kenapa mas ? Aku salah apa ? aku minta maaf ‘’. “Suatu saat aku pasti akan memberi tahumu”. “ Tapi….”. Tuuuuuuuuuut….. Mas Adnan memutuskn via suara itu. Layu sudah hidupku sekarang, tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berdo’a semoga dia lekas memberiku kabar.
Hari demi hari, minggu demi minggu dan akhirnya bula demi bulan telah terjajaki satu persatu. Aku masih dalam kelayuanku tanpa arah tentang sikapnya. Terdiam dalam hamparan padang kegalauan. “ Udahlah Fa.. kan masih banyak cowok yang lain yang pantes lu cintai dan tentunya bisa mencintai lu juga, tanpa buat lu kayak wayang seperti ini “. Itulah ucapan-ucapan Tata yang mencoba memberiku semangat, namun aku hanya memberikan sedikit ujung senyumku untuk kata sepanjang itu.
Tok.. Tok.. Tok.. Suara pintu kosku tanda ada tamu yang akan mencariku “  Selamat pagi mbak, saya dari kantor pos ingin mengantarkan surat ini untuk mbak, tolong diterima dan tanda tangan disini ya ?”
Lima menit kemudian bapak pos itu lambat laun menghilang mengantarkan surat-surat berikutnya. Mungkin ini adalah surat pertama yang aku terima, entah dari siapa namun aku sangat senang, ya tidak lebih karena mendapat sepucuk surat pertama.
     










          Untuk Aifa,
Bandung
Assalamualaikum Dek,
kaifa haluki ukhtiy ? maaf aku tak bisa menghubungimu secara langsung, aku hanya bisa menghubungimu lewat sepucuk surat ini. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu sama kamu tentang keinginanku untuk menyendiri, bukan maksud apa-apa dek, aku tak mau keluargaku tau tentang kamu, aku tak mau dianggap tak sungguh-sungguh belajar di sini, dan akhir-akhir ini keluargaku sudah sering menanyakan siapakah kamu itu? Aku bener-bener tidak bisa, aku harap kamu ngerti.
Wassalamualaikum
Jakarta,19 April 2009
Adnan
Ingin aku meremas surat itu, lantas aku membuangnya jauh-jauh dari mukaku, ingin aku berteriak sekuat mungkin mewakili geramnya perasaanku saat ini. Apa aku seburuk nenek-nenek tua yang ringkih yang tak pantas dikenalkan dan diketahui orang tuanya? Apa aku terlalu muda untuk mengenal kata cinta ? Entahlah, saat ini aku hanya ingin menangis sekuat-kuatnya. Penantianku selama ini yang di ujung rambut, kini akhirnya jatuh juga dengan cara yang tidak aku suka. Aku benci kamu Mas, aku benci kamu, namun aku juga sayang sama kamu. Sayang banget meski aku belum bertemu langsung denganmu.
“Bisa gak Ta kamu kesini, gua pengen keluar, lagi jenuh” Cuma kalimat itu yang sedikit bisa menenangkanku setelah aku meraih SmartPhone putihku. “iya Fa, tapi bentar ya, lima menit aku nyampek kok, kamu kenapa ?”. “ sudahlah cepet kesini saja” geramku yang mulai meningkat.
Kini aku bersama Tata, aku meluapkan semua kekecewaanku, tangisku dan seluruh luapan isi hatiku. Kita yang sama-sama cewek yang pastinya tak semua cewek mau diperlakukan seperti itu_seperti halnya aku, ingin rasanya aku langsung terbang ke Jakarta menemui Mas Adnan dan meminta penjelasannya. Namun  Tata mencoba membelaiku dengan wejangan-wejangan hangat yang membuatku sedikit lega.
kita ini cewek,Fa...emang kita punya perasaan dan punya hak untuk dicintai, namun kita juga harus ingat, bahwa kita tidak bisa memaksakan kehendak kita saat ini juga. Mngkin Adnan punya alasan yang lebih kuat yang gak bisa di kasih tau lu, atau mungkin dia bener-bener pengen focus pada studinya dan ingin membuktikan pada bokap nyokapnya. Kita juga harus ngerti itu, kita kaum cewek gak oleh egois dengan perasaan kita”.
Aku menatapnya dalam-dalam, mencoba berfikir dan memaknai kata-kata yang barusan keluar dari bibir kecilnya. Aku menghela nafas dalam-dalam, mencoba memaknai barisan-barisan kata dalm surat yang tadinya sudah aku remas dan ingin aku buang jauh-jauh.
“ kamu bener Ta, mungkin jika aku di posisinya Mas Adnan, aku juga akan seperti itu Ta, aku mungkin yang terlalu egois dan terlalu agresif dengan perasaanku, makasih ya..” aku memeluk Tata denagn hangat, dia pun membiarkanku tenggelam dalam pelukannya karena dia tahu sebenarnya aku masih terluka akan kenyataan yang ada saat ini. Sosok yang selama ini aku puja, sosok yang selama ini aku nanti, sosok yang selama ini aku kira memberiku lampu hijau untuk masuk dalam kehidupannya, namun hanya memberiku lampu hijau dalam diary teman-temannya.
                                                          ***
Dua bulan sudah aku mulai belajar move on dari Mas Adnan, aku yang biasanya selalu kepo dengan update-update tan status terbarunya, kini mencoba biasa, mulai belajar membuka lembaran baru, meski tak dapat dipungkiri Karena setitik nira yang ku buat, kini hubunganku dengan Mas Adnan mulai renggang, kami yang biasanya selalu bercerita tentang liburan masing-masing dengan pendakian di berbagai daerah, saling bercerita tentang wisata alam yang ada di daerah kita sampai kita yang selalu mengisi kesendirian satu sama lain walau sekadar mengirim SMS berisi bualan-bualan kuno dan kaku. Aku merusaknya dengan perasaanku yang salah faham tentang dia yang terbuka dan selalu memberiku waktunya luangnya untukku.
Semarang, 16 April 2016
Pukul 22.52

“Cerita pendek ini aku tulis sebagai kenang-kenangan terindah buat seseorang yang mengajarkanku tentang memanfaatkan waktu sebaik mungkin selama kita bisa.
Semoga apa yang kamu inginkan tercapai, aku hanya bisa mendoakanmu dan cerpen ini untukmu yang dulu memintaku untuk mengirimkannya untukmu. Meski terlambat”.


0 komentar:

Posting Komentar